Asyiknya Jalan-jalan Sambil Belajar Tentang Cokelat di Kampung Coklat Blitar

Sajian Spesial Valentine

Asyiknya Jalan-jalan Sambil Belajar Tentang Cokelat di Kampung Coklat Blitar

Lusiana Mustinda - detikFood
Minggu, 14 Feb 2016 10:45 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta -

Ini salah satu surga bagi pencinta cokelat. Selain bisa tahu proses pembibitan hingga produksi, juga bisa membeli cokelat aneka rasa dari Jawa.

Pohon kakao berasal dari kata 'Kakawa' yang digunakan oleh suku Olmec dan Maya. Cokelat dikenal ​sebagai bahan makanan yang kaya akan antioksidan dan dinilai sebagai komoditi yang berharga sejak zaman dulu.

Berjalan-jalan ke Blitar Jawa Timur, Anda bisa mampir ke Kampung Cok​lat yang berada di jalan Benteng Blorok 18, Desa Plosorejo, Kademangan, Blitar. Di sini, Anda dapat melihat secara langsung proses pembibitan, budidaya, pasca panen dan ​pengolahan cokelat. Pohon tanaman kakao menjadi salah satu komoditas yang asing di daerah Blitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Pada tahun 2004, kami mulai mensosialisasikan kakao dan banyak bermitra dengan gabungan kelompok tani. Tahun 2013 baru mengolah cokelat olahan dan pada 2014 kemarin kita membuat wisata edukatif, Kampung Coklat," jelas Akhsin Al Fata, selaku Operation Manager Kampung Coklat pada (10/02) kepada detikFood.

Akhsin menambahkan, Kampung Coklat tidak hanya mendapat produksi dari wilayahnya, tapi juga mendapatkan relasi dari kabupaten lain seperti Tulung Agung, Trenggalek, Ponorogo, Batang hingga Jawa Tengah. Dalam sehari, Kampung Cok​​lat bisa memproduksi 15 ton biji kakao kering. Produk biji kakao ini banyak diekspor ke Malaysia.



“Saat diekspor ke Malaysia, nantinya bahan baku kakao akan di​kemas kembali untuk masuk ke Singapura. Melalui pasar Singapurlah baru biji kakao kemudian akan masuk lagi ke pasar Eropa,” ujar Akhsin.

Menempati​ lahan seluas 2 hektar, para wisatawan dapat melihat proses pengolahan cokelat. ​P​roses awal dilakukan dengan mulai penyemaian hingga mendapatkan bibit dari biji kakao. Tanaman kakao akan berbuah setelah 1,5 hingga 2 tahun. Setelah itu ada proses fermentasi.

“Proses inilah yang menentukan rasa cokelat yang dihasilkan akan lebih pahit atau tidak,” tambah Akhsin.

Fermentasi dilakukan selama kurang lebih 3 hari untuk mengurangi kadar air. Saat proses fermentasi, biji kakao mulai disort​ir​ dan nantinya akan dimasukkan ke dalam tabung dengan RPM tinggi sehingga kulit dan biji akan terpecah membentuk cacao nibs.



Chocolate nibs kemudian diproses kembali dengan bahan-bahan lain seperti bubuk cacao, butter, lemak dan susu bubuk serta ekstrak kedelai untuk memaksimalkan bahan-bahan larut kemudian ditambahkan gula pasir sesuai selera.

Setelah itu masuk dalam proses pelelehan​ sekaligus dihaluskan dalam wadah besar berisi bola-bola baja hingga lembut sekitar 6 jam dan barulah dicetak.

“Sebagai perusahaan ​kami juga mengedepankan unsur pemberdayaan. Misalnya saja, setiap masakan prasmanan yang dijual di​ ​sini memiliki sistem konsinyasi. ​S​emua produk makanan selain cokelat bekerjasama dengan 27 usaha rumahan yang sudah mendapatkan pelatihan sehingga dapat men​jadi ​industri mandiri,” jelas Akhsin.

Kampung Coklat mengusung merek bernama Gusant. Ada sekitar 24 varian cokelat seperti milk chocolate, chrispy chocolate dengan campuran opak gambir atau kue semprong, white chocolate hingga 67, 80, 90 hingga 100 persen dark chocolate.

Khusus tanggal 14 Februari, bagi Anda yang datang ke sini akan mendapatkan cokelat gratis bertema motivasi cinta. Tiket dijual dengan harga Rp 5.000 per orang. Tapi jika Anda datang bersama kelompok, Anda bisa memilih paket tikel mulai harga Rp 17.500 hingga ​Rp. ​32.500 per orang.



Bagi Anda yang datang ke sini, jangan lupa mencicip jajanan unik serba cokelat. Ada mie cokelat (Rp 7.000) hingga es cokelat murni yang dijual Rp 8.000 per gelas. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat lihat di www.kampungcoklat.com.

(msa/odi)

Hide Ads